Book Name:Musalman Ki Izzat Kijiye
Mufti Aḥmad Yār Khan NaꜤīmī رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه menafsirkan hadits ini dengan menjelaska bahwa, “Seorang Muslim tidak boleh mengambil kekayaan Muslim yang lain tanpa izin, atau menghinanya, atau bahkan membunuhnya secara tidak adil. Ini sangat haram.”[1]
Mufti terkenal juga menulis:
Seseorang bahkan tidak boleh berpikir buruk tentang Muslim yang lainnya. Jangan memanggilnya dengan kata-kata ejekan, jangan memanggilnya dengan gelar yang merendahkan, atau membuatnya terhina. Kesalahan ini tersebar luas di antara kita hari ini. Kita memandang rendah saudara-saudara Muslim kita yang lain karena pekerjaan, karena garis keturunan, atau karena status keuangan mereka. Apakah itu Punjabi, Bengali, atau Sindhi, Islam telah menghilangkan semua perbedaan yang ada di antara kita. Lebah madu mengambil sari dari banyak bunga yang berbeda, namun yang dihasilkannya tetap disebut madu. Demikian pula, ketika semua umat Muslim percaya pada Nabi صَلَى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم , mereka telah menjadi satu, baik dari Ḥabasyah atau Roma.[2]
Menghina seorang mukmin adalah haram
Selama haji perpisahannya, Nabi terakhir صَلَى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم menyampaikan khotbahnya di Minā. Selama itu, beliau صَلَى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم bertanya kepada para Sahabatnya, اَیُّ شَھْرٍ ہٰذَا؟ - "Bulan apa ini?"
Para sahabat عَـلَيْهِمُ الرِّضْوَانْ tahu bahwa itu adalah bulan Dhu al-Ḥijjah, tetapi lihatlah etiket dan perilaku mereka yang luar biasa terhadap Nabi صَلَى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم . Mereka mengira beliau صَلَى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم ingin mengubah nama bulan seluruhnya, jadi alih-alih menyebutkannya, mereka dengan rendah hati menjawab dengan menyampaikan, اللہُ وَرَسُوْلُہٗ اَعْلَم – “Allah عَزَّوَجَلَّ dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bertanya lebih lanjut, اَلَیْسَ ذُوالْحِجَّۃِ؟ - “Bukankah Dzul Ḥijjah?” Para sahabat dengan rendah hati menjawab dengan kata iya.