Qurbani Ek Ba Maqsad Fariza

Book Name:Qurbani Ek Ba Maqsad Fariza

khawatir setelah menerima perintah ini. Apalagi mengeluh secara lisan, beliau عَـلَيْـهِ الـسَّـلَام tidak memikirkan hal negatif tentang ini. Nabi Ibrāhīm عَـلَيْـهِ الـسَّـلَام tunduk pada perintah Tuhannya dan meninggalkan putranya yang masih kecil yang masih menyusui ibunya meninggalkan sendirian di Mekkah, yang sama sekali tidak berpenghuni pada saat itu.

Ketika Nabi Ismāʿīl عَـلَيْـهِ الـسَّـلَام berusia sekitar 13 tahun, Nabi Ibrahim عَـلَيْـهِ الـسَّـلَام melihat mimpi di mana beliau mengorbankan putranya, dan mimpi para nabi adalah wahyu. Sesuai dengan perintah Ilahi Rabbi yang diberikan melalui mimpinya, Nabi Ibrahim عَـلَيْـهِ الـسَّـلَام pergi ke Makkah untuk melaksanakannya. Beliau menceritakan mimpinya kepada putranya yang patuh dan taat, yang kemudian berkata:

قَالَ یٰۤاَبَتِ افۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُ ۫       سَتَجِدُنِیۡۤ  اِنۡ شَآءَ اللہُ مِنَ الصّٰبِرِیۡنَ (۱۰۲(

Artinya: Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan ( Allah عَزَّوَجَلَّ ) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”[1]

سُـبْحٰـنَ الـلّٰــه Putra yang patut dicontoh, dan ketaatan yang patut dicontoh!

اللہُ اَکْبَر Maka Nabi Ibrahim عَـلَيْـهِ الـسَّـلَام membawa putranya ke Minā. Beliau عَـلَيْـهِ الـسَّـلَام membaringkannya dan meletakkan pisau di tenggorokannya. Kisah yang menggambarkan bagaimana pisau itu sangat tajam, tetapi ketika diletakkan di lehernya, itu tidak dapat menyembelih.

Pemenuhan perintah Allah عَزَّوَجَلَّ menjadi tertunda secara tidak sengaja. Hati Nabi Ibrahim عَـلَيْـهِ الـسَّـلَام yang diliputi oleh rasa cinta kepada Allah عَزَّوَجَلَّ dan kerinduan untuk taat kepada-Nya tidak dapat menerima penundaan ini. Beliau عَـلَيْـهِ الـسَّـلَام kemudian menajamkan pisaunya dan berusaha kembali untuk menyembelih, tetapi tetap saja tidak bisa. Ini terjadi sampai tiga kali.

Kemudian malaikat Jibril عَـلَيْـهِ الـسَّـلَام datang dengan membawa domba jantan surgawi, yang dijadikan kurban sebagai gantinya. Malaikat Jibril عَـلَيْـهِ الـسَّـلَام kemudian memberi kabar gembira kepada Nabi Ibrahim dan Ismāʿīl عَـلَيْهِمَا الـسَّلَام , bahwa pengorbanan ini telah diterima.


 

 



[1] Al-Quran, 37:102,