Book Name:Qurbani Ek Ba Maqsad Fariza
kemudian kita akan merasa lebih condong secara mental ke arah kebaikan. Intelektualitas kita tidak akan lemah atau memiliki ketidaksempurnaan, dan pikiran kita akan selalu berpikir positif.
Demikian pula, daging hewan yang mengingat Allah عَزَّوَجَلَّ akan menjadi bagian dari tubuh dan sifat kita. Ini akan menghilangkan kelalaian kita dan membuat kita menjadi orang yang senantiasa berdzikir dan banyak mengingat Allah.[1]
Setelah menyebutkan hal ini, Ibnu Rajab Ḥanbali رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه melanjutkan dengan mengatakan:
Hewan-hewan kurban ini menaati Allah عَزَّوَجَلَّ dan senantiasa berdzikir kepada-Nya. Jika seseorang harus mengorbankannya, memakan dagingnya, mendapatkan kekuatan dari ini, dan jika menghabiskan kekuatan ini dalam dosa; orang seperti itu telah membalikkan hal kebaikan ini. Bukan malah berterima kasih, tetapi dia telah menunjukkan rasa tidak berterima kasih. Maka hewan dikatakan jauh lebih unggul dari manusia yang tidak bijaksana.[2]
Wahai Para pecinta Rasulullah! Ini harus menjadi pelajaran bagi kita. Daging hewan yang dikurbankan pada hari raya Idul Adha akan dimakan oleh orang kaya dan orang miskin. Kekuatan dan energi yang kita peroleh darinya harus digunakan untuk berdzikir kepada Allah عَزَّوَجَلَّ . Kita harus mencondongkan hati kita untuk melakukan amal perbuatan baik. Kita harus menggunakan energi ini untuk senantiasa menjalankan shalat, membaca Al-Qur'an, dan mengajak orang lain menuju kebaikan. Inilah hak dari daging kurban yang kita konsumsi.
Sayangnya, ada beberapa yang mengorbankan hewan mahal dan memakan dagingnya tetapi tidak belajar apa-apa. Mereka melalaikan shalat bahkan pada hari raya dan menghabiskan hari raya dengan menonton film atau menghadiri berbagai acara yang penuh dosa. Dengan demikian, hari raya menjadi hari waʿīd (peringatan) bagi mereka.
Orang yang melakukan ini harus takut kepada Allah عَزَّوَجَلَّ . Ibnu Rajab Ḥanbali رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه juga berkata, “Hewan lebih baik daripada orang bodoh seperti itu.