Book Name:Shoq e Hajj
padang ʿArafah, tinggallah di Muzdalifah dan lempar jumrah ketika mencapai Jamarāt.
Ini bukanlah tindakan yang dipahami hanya melalui nalar, melainkan dengan cinta, dan haji adalah perjalanan cinta dari awal hingga akhir. Satu-satunya orang yang dapat melakukan perjalanan ini atau bahkan yang menginginkannya terlebih dahulu, adalah mereka yang mencintai Allah عَزَّوَجَلَّ dan Rasul-Nya صَلَى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم . Ketika mereka yang penuh dengan cinta harus berjalan ke Mekkah untuk ibadah haji, mereka akan menganggap ini sebagai kehormatan yang tak ternilai harganya.
Para ḥāji yang tidak bisa berjalan
Shaqīq Balkhī رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه menjelaskan:
Dalam perjalanan saya ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, saya melihat seorang laki-laki yang tidak bisa berjalan, menyeret dirinya ke tanah. Saya terkejut melihat tekadnya. Saya Mendekati dia, dan saya bertanya, “Saudaraku! Dari mana asalmu?"
Dia menjawab, “Saya datang dari Samarqand (Sebuah kota di Uzbekistan 4417km dari Makkah)”. Dia datang dari tempat yang sangat jauh, tidak bisa berjalan dan menyeret dirinya sendiri di lantai. Kemudian saya bertanya, “Saudaraku! Sudah berapa lama Anda meninggalkan Samarqand?”
“Sepuluh tahun telah berlalu”, ungkapnya.
Keterkejutan dan keheranan saya membuat saya kewalahan, dan saya tidak bisa mengalihkan pandangan darinya saat saya perlahan mendengar apa yang baru saja dia katakan.
“Apa yang kamu lihat, Shaqiq?” dia berkata.
"Saya sangat kagum pada seberapa jauh Anda telah melakukan perjalanan walaupun dengan keterbatasan fisik Anda."