Khwaja Gareeb Nawaz Aur Neki Ki Dawat

Book Name:Khwaja Gareeb Nawaz Aur Neki Ki Dawat

Khāja Muʿīn Al Dīn Chishtī رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَـلَيْه meninggal dunia pada usia 96 tahun, pada hari Senin tanggal 6 Rajab 633 Hijriah. Murid-muridnya sedang menunggu syekh mereka, untuk datang dan memimpin shalat subuh. Ketika beliau tidak datang setelah beberapa saat, mereka membuka pintu kamarnya. Yang membuat mereka patah hati, mereka mendapati wali suci agung itu telah meninggal dunia. Orang-orang yang hadir pada saat itu mengatakan bahwa di keningnya tertulis kalimat حَبِیْبُ اللہِ مَاتَ فِی حُبِّ اللہِ yang artinya, “Telah wafat orang yang dicintai Allah عَزَّوَجَلَّ dalam ridha Allah عَزَّوَجَلَّ .” Makamnya yang terkenal di dunia ditemukan di kota Ajmer, di India. ([1])

Kecintaannya Pada Islam

Khāja Muʿīn Al Dīn Chishtī رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَـلَيْه menyukai ilmu Islam. Beliau baru berusia lima belas tahun ketika ayahnya meninggal dunia, setelah itu beliau menerima sebuah kebun buah-buahan dan kincir air sebagai warisan. Beliau menjual keduanya beserta harta benda lain yang dimilikinya dan membagikan penghasilannya kepada orang miskin. Setelah itu, beliau pergi untuk mempelajari ilmu Islam.

Beliau pertama kali pergi ke Samarqand, di Uzbekistan, dan menghafal Al Quran. ([2]) Pembelajaran awalnya diawasi oleh Syekh Sharf Al Dīn رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَـلَيْه . Kecintaannya terhadap ilmu Islam semakin meningkat seiring dengan banyaknya ilmu yang beliau pelajari. Setelah tinggal di Samarqand, beliau kemudian pergi ke Bukhara dan menjadi murid Syekh Ḥussām Al Dīn رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَـلَيْه .

Hanya dalam waktu sekitar lima tahun, beliau telah mempelajari semua ilmu pengetahuan umum pada masa itu, mulai dari ilmu fiqih hingga spiritualitas, dan lulus sebagai ulama. Beliau kemudian bersumpah setia kepada Syekh ʿUtsmān Hārūnī رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَـلَيْه dan tetap di kediamannya selama dua puluh tahun. ([3])

 

Syekh Dan Muridnya

Khāja Muʿīn Al Dīn Chishtī رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَـلَيْه pernah berkata:

 



[1]  Ibid, hal. 25 - 26

[2]  Iqtibās Al Anwār, hal. 347

[3]  Mirʾāt Al Asrār, hal. 594, diringkas