Book Name:Ittiba e Shehwat Ki Tabah Kariyan
Allah عَزَّوَجَلَّ dan berkata, “Demi kekuasaan-Mu! Sekarang saya khawatir tidak ada yang bisa
Masuk kedalamnya.” Allah عَزَّوَجَلَّ kemudian memerintahkan, “Sekarang pergi dan lihat Neraka dan ganjaran yang telah Aku siapkan bagi mereka yang akan tinggal di dalamnya.”
Jibril عَـلَيْـهِ الـسَّـلَام kemudian pergi dan melihat satu bagian dari Neraka (api Neraka) yang naik ke atas lainnya. Jibril عَـلَيْـهِ الـسَّـلَام menghadirkan dirinya ke hadapan Allah عَزَّوَجَلَّ dan berkata, “Demi Kekuasaan-Mu! Tidak ada yang akan mendengar tentang Neraka dan (mau) masuk kedalamnya.” Kemudian dengan perintah Allah عَزَّوَجَلَّ , Neraka ditutup dengan selubung hasrat dan kesenangan. “Pergi untuk melihat Neraka sekali lagi”, Perintah Allah عَزَّوَجَلَّ .
Jibril pergi, lalu menghadap ke hadapan Allah عَزَّوَجَلَّ dan berkata,“Demi Kekuasaan-Mu! Saya sekarang takut tidak ada yang bisa menyelamatkan
diri mereka sendiri dari ini. Bahkan (setelah mereka asyik dengan
keinginan mereka sendiri), mereka akan jatuh ke dalamnya.”[1]
Imam Ibnu Ḥajar al-ꜤAsqalānī mentasfsirkan dalam hadits:
Keinginan (hasrat) yang mengacu pada hal-hal duniawi dari mana kesenangan itu diperoleh, terlepas dari apakah syariah telah melarang mereka secara langsung, atau jika melakukannya mengarah pada perintah ilahi yang pasti tidak ada diimplementasikan (tidak diditerapkan). Ini juga termasuk Syubhat (hal-hal yang penuh keraguan) dan setiap tindakan yang diperbolehkan lainnya, yang membawa rasa takut mengarah kepada keharaman jika dilakukan.[2]
Seperti yang diriwayatkan oleh Sahabat ꜤAṭiyyah bin SaꜤd رَضِىَ الـلّٰـهُ عَـنْهُ Nabi terakhir صَلَّى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم dalam sabdanya menjelaskan, “Seseorang tidak bisa menjadi saleh sehingga dia meninggalkan perbuatan yang halal untuk melindungi dirinya dari yang haram.”[3]