Ittiba e Shehwat Ki Tabah Kariyan

Book Name:Ittiba e Shehwat Ki Tabah Kariyan

Bisakah penyakit itu sendiri menjadi obat?

Sebagaimana dikutip dalam jilid pertama dari kitab ꜤUyūn al-Ḥikāyāt, seorang syekh terkemuka dalam perhimpunan ulama Qādiriyyah Razawiyya, Abū Qāsim Junaid Baghdādī رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه berkata:

Suatu malam saya sangat gelisah. Saya menyibukkan diri

dengan  menyembah kepada Allah عَزَّوَجَلَّ , namun saya tidak ditakdirkan untuk menemukan kedamaian dalam beribadah pada waktu itu. Sebanyak saya mencoba untuk fokus pada tindakan saya untuk beribadah dengan khusyūk dan khuḍūk, tetap saja saya tidak bisa melakukannya.

Saya kemudian mulai membaca Al-Quran. Sekali lagi, saya tidak bisa fokus sepenuhnya untuk beberapa alasan, dan saya tidak ditakdirkan untuk menerima kedamaian dalam ibadah saya pada waktu itu. Saya sangat bingung mengapa saya tidak bisa berkonsentrasi penuh pada ibadah saya, dan mengapa hati saya tidak menemukan ketenangan yang biasanya didapat dari tindakan ini yaitu dari melakukan ibadah.

Sebelum pagi tiba, saya melilitkan syal saya di sekitar bahu saya dan saya meninggalkan rumah saya. Saya berjalan-jalan sebentar dan bertemu dengan pria yang juga memakai syal. Saat saya mendekatinya, pria itu mengangkat kepalanya dan bertanya, “Mengapa kamu terlihat begitu khawatir? Hari Kiamat akan tiba?”

“Apakah waktu yang ditentukan telah tiba?”, jawab saya.

“Tidak”, pria itu menjelaskan, “Saya hanya bertanya saja karena  Anda  terlihat begitu cemas seperti sedang mencari kedamaian yang diinginkan oleh hati Anda.”

Saya berseru, “Ya! Saya meninggalkan rumah saya untuk mencari kedamaian untuk hati saya, namun saya juga ingin tahu alasan di balik semua ini kenapa saya merasa begitu gelisah malam ini. Tapi untuk saat ini, katakan pada saya, apakah ada sesuatu yang Anda butuhkan?"

“Ya, ada, Abu Qāsim”, pria itu berkata. “Tolong jelaskan pada saya, apakah

ada situasi di mana penyakit itu sendiri bisa menjadi obatnya?”