Maut Ka Akhri Qasid

Book Name:Maut Ka Akhri Qasid

Suatu hari, Sayyidinā Ṣāliḥ Al Murrī رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه mengunjungi kami, dan saya bertanya, "Wahai Abu Bashr! Dari mana asal Anda?" Beliau menjawab, “Aku meninggalkan rumahku, dan ketika berjalan melewati  tempat yang berbeda, aku mendatangimu. Ketika aku melewati rumah si fulan, dia memanggilku (secara kiasan), mengatakan, 'Wahai Ṣāliḥ! Mintalah nasihat dariku! Beberapa orang dahulu tinggal di sini, tetapi sekarang mereka telah meninggal dunia dan terkubur di dalam tanah.'

Kemudian, ketika aku sampai di rumah orang lain, dia juga memanggilku (secara kiasan), berkata, 'Wahai Ṣāliḥ! Mintalah nasehat dariku! Beberapa orang dahulu tinggal di sini, tapi sekarang mereka semuanya terkubur di dalam tanah.'”

Dengan cara yang demikian, beliau terus berhitung dan bercerita, hingga sampai beliau tiba di rumah kami.[1]

Saudara-saudara Muslim yang tercinta! Perhatikanlah! Mari kita renungkan bagaimana para pendahulu kita yang saleh, hamba-hamba Allah عَزَّوَجَلَّ yang berbudi luhur, biasa mengambil pelajaran dalam berbagai situasi. Kita melihat rumah yang sunyi, api yang menyala-nyala di kompor, sinar matahari, dingin, panas, dan sebagainya, namun kita tidak menghiraukannya. Bahkan pemakaman terjadi di depan mata kita, namun kita tetap lalai. Kita menurunkan jenazah orang yang meninggal ke dalam kubur dengan tangan kita sendiri, namun kita tidak mengindahkannya.

Si Fulan dalam keadaan sehat dan baik-baik saja, tiba-tiba terjadi serangan jantung, dan dia pun pergi meninggalkan dunia ini. Seorang pemuda lainnya meninggal dunia dalam kecelakaan. Kita terus-menerus mendengar berita seperti itu, tetapi kita tidak ingat akan kematian kita sendiri, dan kita tidak memperhatikannya. Seandainya kita sadar dan mulai mengingat alam kubur dan alam akhirat.

صَلُّوۡا عَلَى الۡحَبِيۡب                 صَلَّى اللّٰهُ عَلٰى مُحَمَّد


 

 



[1] ilyat ul Awliyā, jilid. 6, hal. 182, nomor 8222