Husn e Zan Ki Barkaten

Book Name:Husn e Zan Ki Barkaten

Inilah alasan mengapa wajah saya tampak pucat.” Setelah itu, hamba Allah عَزَّوَجَلَّ yang ahli ibadah itupun kembali ke tempat ibadahnya.

Sayyidinā Khuld bin Ayyub رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه berkomentar lebih lanjut: “Tukang sepatu lebih unggul dari orang yang beribadah karena dia menganggap dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain. Dia juga menganggap semua orang berhak mendapatkan surga kecuali dirinya sendiri.”[1]

Saudara-saudara Muslim yang tercinta! Tukang sepatu itu derajatnya lebih tinggi dari orang yang ahli beribadah kepada Allah عَزَّوَجَلَّ di gunung selama 60 tahun. Tukang sepatu yang saleh mendapatkan harta yang halal, menahan diri untuk tidak memperoleh kekayaan dari sumber-sumber yang haram, dan dia akan mendonasikan separuh hartanya untuk amal. Dia juga melakukan banyak puasa, namun alasan utama keunggulannya atas orang yang ahli beribadah adalah karena dia menganggap orang lain lebih baik dari pada dirinya sendiri. Dia menganggap semua orang berhak masuk surga kecuali dirinya sendiri, dan ketakutannya terhadap Neraka menyebabkan wajahnya menjadi pucat.

Saudara-saudara Muslim yang tercinta! Ingat! Berpikir positif terhadap orang lain adalah bentuk ibadah yang sangat baik. Hati dapat menjadi sarana untuk memperoleh amal saleh, atau bisa juga menjadi penyebab bertambahnya dosa. Di hari Kiamat, ketika anggota tubuh bersaksi mendukung atau menentang kita, hati pun akan berbicara. Jika hati berpikir baik terhadap orang lain, maka itu akan menjadi sarana untuk mendapatkan amal saleh, namun jika hati mempunyai anggapan yang buruk terhadap sesama umat Muslim lainnya, maka itu bisa menjadi sarana hukuman atau azab. Al-Qur'an menyatakan:

اِنَّ السَّمۡعَ وَ الۡبَصَرَ وَ الۡفُؤَادَ  کُلُّ  اُولٰٓئِکَ کَانَ  عَنۡہُ  مَسۡـُٔوۡلًا (۳۶)

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.[2]

Imam Aḥmad Razā Khān رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه menyatakan:

Hati yang sehat menjadi khawatir ketika salah satu anggota tubuhnya sakit. Sayangnya hati kita sudah sakit karena dosa, lalu bagaimana hati kita bisa melindungi kita?


 

 



[1] ꜤUyūn Al-Ḥikāyāt, hal. 166

[2] Al-Qur'an, 17:36,