Book Name:Husn e Zan Ki Barkaten
Setelah berkali-kali mendengar tentang kelebihan dari seorang tukang sepatu, hamba Allah عَزَّوَجَلَّ yang ahli ibadah itu pun turun dari gunung dan melakukan perjalanan untuk menemuinya. Ketika tukang sepatu melihat hamba Allah عَزَّوَجَلَّ itu, dia kemudian meninggalkan apa yang sedang dia lakukan (meninggalkan pekerjaannya) dan berdiri untuk menghormatinya, lalu mencium tangannya. Dia kemudian bertanya, “Apa yang menyebabkan Anda meninggalkan tempat ibadah Anda?”
Hamba Allah عَزَّوَجَلَّ yang ahli ibadah itu menjawab, “Aku diberitahu bahwa kedudukanmu lebih tinggi dariku di hadapan Allah عَزَّوَجَلَّ . Inilah sebabnya aku datang mengunjungimu. Katakan kepadaku amal yang mana yang membuatmu mendapat kedudukan yang begitu tinggi di hadapan Allah عَزَّوَجَلَّ .”
Tukang sepatu itu tetap diam seolah tidak ingin menceritakan apa yang terjadi. Kemudian dia berkata, “Saya tidak melakukan sesuatu yang istimewa, tetapi saya menghabiskan sepanjang hari untuk mencari rezeki yang halal dan saya melindungi diri saya dari perolehan kekayaan dari sumber yang haram. Dari harta yang dianugerahkan Allah عَزَّوَجَلَّ kepada saya dalam sehari, sebagian saya sedekahkan, dan sebagian lagi saya belanjakan untuk keluarga dan kebutuhan saya. Tindakan kedua adalah saya banyak menjalankan puasa. Selain itu, saya tidak melakukan hal lain yang bernilai kebajikan.”
Hamba Allah عَزَّوَجَلَّ yang ahli ibadah tersebut kemudian pergi dan kembali menyibukkan diri dalam ibadah setelah mendengar hal tersebut. Selang beberapa waktu, beliau bermimpi dan beliau disuruh bertanya kepada tukang sepatu itu apa yang ditakutkannya sehingga menyebabkan wajahnya menjadi pucat. Maka, hamba Allah عَزَّوَجَلَّ yang ahli ibadah itu mendatangi tukang sepatu itu lagi dan bertanya, “Mengapa wajahmu pucat? Apa yang kamu takutkan?"
Tukang sepatu menjawab, “Setiap kali saya melihat seseorang, saya selalu berpikir bahwa dia lebih baik dari saya, dan dia layak masuk surga sedangkan saya layak masuk neraka. Saya menganggap diri saya sebagai orang yang paling rendah dan paling berdosa. Saya tetap takut akan Neraka setiap saat.