ALLAH Ki Riza Sab Se Bari Cheez Hai

Book Name:ALLAH Ki Riza Sab Se Bari Cheez Hai

اَلْاَمان والحفیظ Saudara-saudara Muslim yang terkasih! Kata-kata ini seharusnya mengguncang kita sampai ke dalam hati kita. Siapa pun yang tidak ridha dengan ketetapan Allah maka orang tersebut sedang ditegur dalam hal ini. Mereka diberi tahu bahwa mereka tidak layak menjadi hamba Allah عَزَّوَجَلَّ , karena seorang hamba sejati akan tetap senang dan ridha dengan ketetapan Tuhannya.

Apa artinya menjadi seorang budak?

Dulu, budak dijual di pasar. Suatu ketika, wali Ibrāhīm bin Adham رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه membutuhkannya, kemudian beliau pergi ke pasar, membeli seorang budak, dan membawanya pulang.

Beliau menanyakan nama budak itu, dan budak itu menjawab, "Apa pun yang Anda ingin panggil saya, itu akan menjadi nama saya." Wali suci itu kemudian bertanya apa yang biasanya dia makan. Budak itu menjawab, “Saya akan makan apa pun yang Anda berikan kepada saya”.

Ketika budak itu ditanya apakah dia menginginkan sesuatu, dia menjelaskan, “Saya hanya menginginkan apa yang Anda inginkan. Saya seorang budak, dan seorang budak tidak ada hubungannya dengan hal-hal seperti itu.”

Mendengar ini, Ibrahim bin Adham رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه mulai berpikir, “Seandainya saja aku menaati Allah عَزَّوَجَلَّ dengan cara yang sama.”[1]

Wahai para pecinta Rasulullah! Inilah pengabdian yang sebenarnya. Budak sejati adalah dia yang tidak memiliki keinginan atau tidak dapat memutuskan keinginannya sendiri; dia hanya mengikuti kehendak tuannya. Kita harus tetap ridha dengan keputusan Allah عَزَّوَجَلَّ dan tidak pernah mengeluh dalam keadaan apapun; apa pun yang terjadi, baik itu kemiskinan, kekhawatiran, atau kesulitan apa pun.

Allah telah menempatkanmu di tempat yang terbaik

Imam ShaꜤrānī رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه menyatakan:

Penghambaan mengharuskan seorang hamba tetap senang di setiap keadaan dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah عَزَّوَجَلَّ . Dia seharusnya tidak pernah membiarkan hatinya  untuk berpikir buruk.


 

 



[1] Tadhkirat al-Awliyaˈ, hal. 78