Book Name:ALLAH Ki Riza Sab Se Bari Cheez Hai
Bagaimanapun, seorang Muslim harus memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu yang Allah عَزَّوَجَلَّ tetapkan memiliki kebijaksanaan yang tidak terbatas, terlepas dari apakah seseorang dapat memahami kebijaksanaan itu atau tidak. Apalagi membawa penolakan di lidahnya, maka seseorang seharusnya tidak membiarkannya masuk ke dalam hati mereka.[1]
Mengapa keridhaan ini diperlukan?
Saudara-saudara Muslim yang terkasih! Kita adalah hamba Allah عَزَّوَجَلَّ , dan kita tidak memiliki hak untuk menolak-Nya. Dia (Allah) adalah Tuhan kita. Dialah (Allah) yang menciptakan kita, yang menghidupkan kita, yang memberi kita rezeki, yang membentangkan bumi untuk kita, yang menjadikan langit di atas kepala kita sebagai atap, dan memberi kita karunia yang tidak terbatas. Dia (Allah) adalah Pencipta dan Pemilik kita, dan kita adalah hamba-Nya. Adalah hak kita untuk menerima setiap ketetapan-Nya dan ridha dengan takdir dan keputusan-keputusan-Nya.
Imam Al Qushayrī رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه menuliskan, “ꜤUbūdiyyah (pengabdian) adalah meninggalkan apa pun yang ada dalam kapasitas seseorang, dan tunduk, berserah diri sebelum apa pun yang terjadi dari ketetapan (takdir) ilahi.”[2]
Wali suci Ruwaym رَحْمَةُ الـلّٰـهِ عَلَيْه berkata, “Jika seluruh Neraka diletakkan di tangan kanan seseorang, dia seharusnya tidak mengatakan, 'Ya Allah عَزَّوَجَلَّ ! Letakkan di tangan kiri saya.’”[3]
Allah menyebutkan dan dalam sebuah hadits qudsī dijelaskan, “Barang siapa yang tidak ridha dengan ketetapan-Ku dan tidak bersabar atas cobaan-Ku, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku.”[4]