Book Name:Shehr e Mohabbat
یَا طَیْبَۃُ! یَا طَابَۃُ! یَا مَسْکِیْنَۃُ! لَا تَقبُلِیْ الْکُنُوْزَ اِرْفَعِیْ اَجَاجِیْرَکَ عَلیٰ اَجَاجِیْرِ الْقُرٰی
Artinya: Wahai Tayyibah! Wahai Tābah! Wahai tanah yang damai! Jangan menerima harta karun! Tinggikan statusmu di atas status semua kota lainnya![1]
سُبْحَنَ الله ! Sungguh suatu kehormatan yang dimiliki Madinah Tayyibah! Coba pikirkanlah — jika Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, hanya mengatakan dalam firman-Nya “Wahai Tayyibah!” sekali saja, maka itu saja sudah cukup. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى adalah Tuhan semesta alam. Jika Dia ( Allah ) سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyapa seseorang bahkan sekali saja seperti ini, maka kebesaran mereka akan bersinar seperti bulan purnama.
Tetapi lihatlah Madinah — kota tercinta dari Nabi Muhammad صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّم Sebagaimana Allah Yang Maha Penyayang memiliki cinta yang tak tertandingi untuk kekasih-Nya, kota kekasih-Nya juga sangat dicintai. Itulah sebabnya, ketika Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyapa tanah suci Madinah Al Munawwarah, Dia ( Allah ) سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tidak hanya memanggilnya sekali. Sebaliknya, Dia ( Allah ) سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan penuh kasih memanggilnya berulang kali dengan nama yang berbeda: Wahai Tayyibah! Wahai Tābah! Wahai Maskīnah!
سُبْحَنَ الله! Ketika Allah Yang Maha Penyayang menyebut Madinah Tayyibah dengan cinta seperti itu, lalu mengapa hamba-hamba Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tidak juga mengingat Madinah dengan penuh cinta?
Tempat bagi orang miskin dan orang yang membutuhkan
Saudara-saudara Muslim yang tercinta! Ketika Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebut Madinah Tayyibah dalam Taurat, Dia ( Allah ) سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman: "Yā Maskīnah!" — artinya, Wahai tanah kedamaian dan kenyamanan.
* سُـبْحٰـنَ الـلّٰــه ! Ini juga merupakan salah satu kehormatan besar bagi Madinah. اَلْـحَمْـدُ لـِلّٰـه