Book Name:Dil Ki Islah Kyon Zarori Hai
telah membutakan hati seseorang sampai-sampai mereka kehilangan kemampuan untuk mendengar atau memahami perintah Allah عَزَّوَجَلَّ .[1]
Siapapun yang ingin memperbaiki hati mereka maka harus menyelamatkan diri dari kecemburuan dan bahagia dengan apa yang diberikan Allah عَزَّوَجَلَّ kepada mereka. Dia seharusnya tidak melihat karunia apa yang diberikan kepada orang lain, dan dia juga tidak boleh mulai mencintai kekayaan. Sebaliknya, kematian harus selalu ada di pikirannya.
Tergesa-gesa adalah alasan utama yang ketiga bagi hati seseorang menjadi keras dan setiap upaya untuk memperbaikinya tidak tepat sasaran. Ini berarti melakukan sesuatu tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Ini mengeraskan hati dalam dua cara.
Pertama, mengubah hati membutuhkan waktu. Seseorang harus bekerja sangat keras agar hal ini terjadi. Perbuatan baik atau amal saleh perlahan-lahan mensucikannya, tetapi jika hati digelapkan oleh dosa, membangun kebiasaan melakukan perbuatan baik atau amal saleh membutuhkan waktu yang lama. Orang yang tergesa-gesa tidak memiliki kesabaran untuk ini. Dia berusaha selama beberapa hari, tetapi tidak melihat manfaat yang nyata, dan menyerah begitu saja. Dengan ini, mensucikan hati dan memperbaiki hati sangat sulit baginya.
Jika seseorang ingin memperbaiki hatinya, dia tidak boleh tergesa-gesa; sebaliknya, dia harus berusaha melakukan perbuatan baik atau amal saleh secara konsisten.
Cara kedua tergesa-gesa mengeraskan hati adalah dengan membuat seseorang bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Hati ditetapkan dengan taqwa dan dengan menghindari dosa, dan keduanya ini mendikte atau mengatur seseorang untuk bijaksana, untuk perhatian, untuk berpikir dengan hati-hati sebelum melakukan sesuatu, dan untuk bersabar. Ketika seseorang bertindak dengan tergesa-gesa maka tanpa melakukan semua ini, ada kemungkinan besar dia malah jatuh ke dalam dosa.
Misalnya, ketika seseorang terbiasa berbicara tanpa berpikir, maka mereka mungkin bisa berbohong atau bahkan bisa menggunjing. Ketika dia terbiasa