Book Name:Shan e Iman e Siddique
keimanannya mencapai kesempurnaan tersebut melalui beberapa sarana (sebab) yang kasat mata. Para ulama Islam mengatakan:
Sayyidina Abū Bakar As Siddiq رَضِىَ الـلّٰـهُ عَـنْهُ mengunjungi Rasulullah صَلَّى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم setiap hari dan menanyakan pertanyaan yang sama; “Ya Rasulullah! Apa itu iman?” Nabi Muhammad صَلَّى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم kemudian menjelaskan satu tingkat keimanan, dan Abu Bakar As Siddiq kemudian mengamalkannya.
Beliau akan datang dan menanyakan pertanyaan yang sama pada keesokan harinya. Nabi Muhammad صَلَّى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم kemudian menjelaskan tingkat keimanan yang berikutnya, dan Abu Bakar As Siddiq kembali mengamalkannya.
Demikianlah beliau menanyakan hal ini setiap harinya dan derajat keimanannya terus meningkat hingga mencapai derajat yang tertinggi.[1]
سُـبْحٰـنَ الـلّٰــه Saudara-saudara Muslim yang tercinta! Lihatlah konsistensi, cinta, dan semangat Sayyidina Abu Bakar As Siddiq رَضِىَ الـلّٰـهُ عَـنْهُ. Beliau akan datang dan bertanya kepada Rasulullah صَلَّى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم apa itu iman, dan pada hari itu juga beliau akan bertindak berdasarkan jawaban yang diterimanya. Beliau melintasi maqam iman itu sendiri dan kembali pada keesokan harinya untuk bertanya lagi. Semoga Allah عَزَّوَجَلَّ juga memberikan kita semangat seperti itu!
Keadaan kita benar-benar berbeda. Kita hanya memikirkan tentang bisnis kita, pengeluaran kita, dan perbedaan penghasilan kita dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan kita bahkan memperkirakan pendapatan dan keuntungan kita untuk lima tahun ke depan. Kita mengevaluasi kinerja kita dengan membuat grafik dan bahkan berkonsultasi dengan para ahli, namun pernahkah kita memikirkan bagaimana dengan kondisi keimanan kita?