Hum Nay Karbala Se Kia Seekha

Book Name:Hum Nay Karbala Se Kia Seekha

2.   Nabi tercinta صَلَّى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم bersabda: “Siapa pun yang mencintai Ḥasan dan Ḥusain berarti mencintaiku, dan siapa pun musuh mereka berarti musuhku.”[1]

3.   Nabi terakhir صَلَّى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم bersabda: هُمَا رَيْحَانَتَايَ مِنَ الدُّنْيَا “Ḥasan dan Ḥusain adalah dua kemangi manisku di dunia ini.”[2]

4.   Nabi tercinta صَلَّى الـلّٰـهُ عَلَيْهِ وَاٰلِهٖ وَسَلَّم bersabda: “Ḥasan dan Ḥusain adalah pemimpin pemuda surga.”[3]

Imam Ḥusain رَضِىَ الـلّٰـهُ عَـنْهُ lahir pada tanggal 5 SyaꜤbān 4 Hijriah di Madinah.[4] Pada usia 55 tahun, 5 bulan, dan 5 hari, beliau syahid pada hari Jum’at, 10 Muharram, 61 Hijriah.[5] Beliau menunjukkan kualitas mulia tetap teguh pada kebenaran, keberanian, ketabahan, kesabaran, dan penerimaan atas ketetapan Yang Maha Kuasa.

3 Prinsip Sukses

Seorang cendekiawan sampai pada kesimpulan bahwa ada 3 prinsip kesuksesan:

1.   Kemampuan menahan lapar.

2.   Menunggu.

3.   Kemampuan berpikir dan memahami.

Ketiga prinsip ini sekarang akan dijelaskan dengan mengingat peristiwa Karbala. Peristiwa tragis ini berisi tiga hal yaitu:

1.   Para cendekiawan mengatakan bahwa penting untuk mentolerir kelaparan agar sukses. Di dataran Karbala, saat itu adalah hari yang sangat panas di padang pasir, dan Imam Ḥusain رَضِىَ الـلّٰـهُ عَـنْهُ , para sahabatnya, dan bahkan putranya ꜤAlī Aṣgar رَضِىَ الـلّٰـهُ عَـنْهُ semuanya mengalami kelaparan dan kehausan yang parah.


 

 



[1] Al-Mustadrak li Al-ākim: 477

[2] aī Al-Bukhārī: 3753

[3] Jāmi Al-Tirmidzi: 3775

[4] Imam usayn Ki Karamat, hal. 3

[5] Sawanih Karbala, hal. 170