Baap Ki Azmat o Shan

Book Name:Baap Ki Azmat o Shan

Seorang ayah adalah berkah besar dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى  . Ayahlah yang mengajari anak-anaknya berjalan dengan memegang jari mereka. Seorang ayah selalu ingin anaknya lebih maju. Melihat seseorang maju, orang biasanya merasa iri, tetapi seorang ayah adalah kepribadian yang dadanya lapang karena bangga ketika putranya lebih maju. Seorang ayah menanggung kesedihan sendiri tetapi tidak membiarkan anak-anaknya merasa sedih.

Jika seorang anak menjadi kehilangan semangat atau menghadapi kesulitan, ayahlah yang akan meningkatkan semangatnya. Ayahlah yang akan mengucapkan kata-kata penyemangat di saat-saat sulit: " Nak, jangan bingung; Nak, jangan khawatir; Nak! Jangan takut; Nak, jangan bersedih! Aku di sini bersamamu kan? " Ini adalah frasa yang hanya datang dari mulut seorang ayah dan meredakan kekhawatiran anak-anak.

Namun, pada kesempatan seperti itu, sang ayah sendiri mungkin ketakutan. Ia sendiri mungkin dalam kekhawatiran tetapi tidak menunjukkan kepada siapa pun di rumah betapa khawatirnya ia, atau berapa banyak kesulitan yang dihadapinya.

Ia tahu bahwa jika ia memberitahu anak-anak atau ibu mereka, maka mereka semua akan menjadi  khawatir. Apa gunanya membuat mereka khawatir?

" Oh, aku di sini! Dan aku akan menanggungnya ". Lalu terkadang ia mengambil pinjaman, ketika terkadang hidup dalam kesulitan, terkadang bekerja dengan pekerjaan dobel, terkadang meminjam dari seseorang, terkadang pergi ke pintu seseorang, dan terkadang mengetuk pintu orang lain. Semua ini hanya agar anak-anaknya tetap bahagia dan keluarganya tidak khawatir. Seorang ayah berjalan di atas bara api sendirian tetapi tidak membiarkan bahaya apa pun menimpa anak-anaknya.

Beruntunglah mereka yang berbakti kepada orang tua

Kemudian kehidupan membawa seseorang ke persimpangan jalan di mana anak kecil menjadi anak muda yang gagah dan sang ayah menjadi tua. Sebelumnya, sang ayah memegang tangan anak dan membuatnya berjalan; sekarang, di ambang kehidupan ini, sang ayah merindukan tangan dan dukungan dari anaknya yang masih muda. Sebelumnya, sang ayah merawat anak, melayaninya, mengangkatnya, mendudukkannya, membuatnya berjalan, dan bahkan pergi ke pasar hanya untuk menghibur anak, meskipun tidak ada pekerjaan.

Sekarang arus waktu telah berubah. Sekarang giliran anak untuk melayani ayah.

Ingatlah! Bahkan jika kita melayani orang tua kita sepanjang hidup kita, kita tidak akan pernah bisa membalas kebaikan mereka atau membayar jasa – jasa mereka kembali. Ini karena mereka merawat kita ketika kita belum bisa berjalan, belum bisa makan, belum bisa memakai pakaian dan masih lemah. Mereka sabar dan membesarkan kita menjadi seperti pohon yang kuat dan menjulang tinggi.

Sekarang, saatnya giliran kita untuk melayani mereka, kita harus melakukannya dengan menganggapnya sebagai berkah yang luar biasa.